Belajar! Dari Para Penemu & Tokoh Muslim Terdahulu

Belajar! 
Dari Para Penemu Muslim Terdahulu
Dalam tulisan kali ini saya ingin menghadirkan sejumlah tokoh yang bisa menjadi contoh bagi para muslim dan muslimah masa kini dan masa yang akan datang. Pengungkapan semacam ini seringkali dianggap hanya mengungkapkan kejayaan masa lalu, dan tidak bisa memecahkan masalah, bahkan dicap sebagai bersikap apologis sebagaimana yang dialami oleh Syed Amir Ali yang dinilai barat sebagai apologis terbesar di kalangan penulis-penulis Islam.

Saya memiliki pandangan lain bahwa apa pun yang diperankan oleh orang-orang dahulu tidak boleh dilupakan baik bernilai positif ataupun negatif. Presiden RI ke-1 mengingatkan dengan ungkapan yang hebat yaitu "Jas Merah" (Jangan sekali sekali melupakan sejarah).
    
Dalam sejarah muslim, para filosof muslim berjuang keras membuktikan secara filosofis kebenaran-kebenaran agama, ketika warisan Yunani tidak memberi contoh yang jelas terhadap persoalan itu-seperti dalam kasus kenabian - atau memperbaiki argumen para filosof Yunani, ketika argumen mereka dipandang tidak lagi memenuhi tuntutan zaman. 

Kita mencatat hampir semua filosof muslim memiliki konsep tentang kesesuaian antara agama dan filsafat atau antara akal dan wahyu, dan konsep ini pertama kali dirumuskan oleh al-Kindi, seorang filosof Arab dan muslim pertama. Filosof berikutnya hanya meneruskan konsep ini hingga sampai pada Albert Einstein dengan kata-katanya yang terkenal "Ilmu tanpa agama bagaikan orang buta, sedang agama tanpa ilmu bagaikan orang lumpuh".

Dalam tradisi timur (Islam) terdapat bangunan ilmu-ilmu pengetahuan baru dengan penjelasan ar-Risalah' karya Imam Syafi'i yang membangun ilmu Ushul Fiqh, Kitab Syibawaih yang membangun ilmu nahwu, Alfiyah Ibn Malik karya Imam Khalil Ibn Ahmad yang membangun ilmu 'Urudl. dan Muqaddimah Ibn Khaldun yang membangun ekistik.
teoritis dan pengantar metodologis seperti '
Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi (w. 833 M) adalah penemu angka 0 (nol) dengan sebutan sifr, sebuah kata yang membentuk kata cipher dan zero dalam bahasa Eropa. 

Kita tidak bisa membayangkan bagaimana kesulitan dan kekakuan matematika tanpa angka 0. Oleh karena itu telah terjadi revolusi besar di bidang matematika di dunia Islam pada abad ke-9 meskipun tidak banyak orang yang mengetahuinya.

Selain menemukan angka 0 al-Khawarizmi juga dikenal sebagai perumus utama 'aljabar', sebuah nama dan cabang ilmu matematika yang diambil langsung dari judul bukunya yang terkenal yaitu al-Jabr wa al-Muqabalah. Namanya ini telah diabadikan dalam kata logaritma, sebuah teori matematika yang diambil dari kata bahasa Inggris al-gorithm dan ternyata merupakan transliterasi dari ilmuwan matematika kita, al-Khawarizmi.

Para ilmuwan Barat mengakui bahwa Jabir Ibn Hayyan (721 - 815) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah pada kegiatan penelitiannya dalam bidang alkemi yang kemudian oleh ilmuwan Barat diambil alih dan dikembangkan menjadi ilmu kimia. Sebab Jabir yang namanya dilatinkan menjadi Geber adalah orang pertama yang mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan mengekstraksi dari mineral itu zat-zat kimiawi serta mengklasifikasikannya.

       Selanjutnya, ilmuan muslim multidisipliner abad ke-11, al-Biruni telah menemukan hukum gravitasi. Kritiknya kepada Aristoteles yang menganggap sumber gravitasi adalah dualistik, langit untuk api dan udara, serta bumi untuk tanah dan air, menyebabakan teorinya mirip sekali dengan teori Newton. al-Biruni juga menemukan "gavitasi spesifik" unsur-unsur. D.E. Smith menyatakan bahwa al-Biruni merupakan matematikawan yang paling cemerlang di zamannya.

       Dia membahas pembagian sudut menjadi tiga bagian yang sama besarnya, dan dia adalah penemu prinsip menggambar di atas permukaan benda yang bulat. Pada akhirnya, al-Biruni berusaha untuk mengukur bumi. Upaya al-Biruni mengukur bumi menunjukkan betapa kuatnya semangat menggali ilmu pengetahuan terkait geografi dan astronomi, justru ketika bangsa lain masih tertidur nyenyak dan keadaan masyarakat dunia masih sangat sederhana.

         meridional. Quth al-Din Syirazi telah menemukan metode baru untuk menghitung gerakan planet yang kemudian disebut 'Kopel Thusi (Thusi's Coufle)'. 
Sebenarnya ilmu astronomi telah berkembang subur dalam dunia Islam sehingga memiliki para ahli dalam jumlah yang melebihi jumlah astronom Yunani. Orang-orang Arablah yang pertama kali mencapai penggunaan jam

        Ada kenyataan yang perlu mendapat perhatian serius bahwa teori evolusi ternyata telah dirintis secara beruntun oleh ilmuan-ilmuan Islam, mulai al-Jahizh (w. 890), Ibn Masykawaih (w. 1010) dan puncaknya oleh seorang sufi dan penyair Persia Muhammad Jalaluddin Rumi (w. 1273). Intisari teori evolusi Rumi adalah "Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan; Aku mati sebagai hewan dan menjadi manusia. Mengapa harus takut pada maut menjemput ? Sekali lagi, aku akan mati sebagai manusia agar dapat mengarungi dan berada di antara para malaikat. Bahkan dari sini pun aku masih harus berangkat. Segala sesuatu pasti akan musnah, kecuali wajah Tuhan".

Dari segi waktu, Rumi jauh lebih dulu dari Darwin (w. 1882) terpaut sekitar 6 abad; dari segi isi teori, teori Darwin hanya dari sisi biologis, sedang versi Rumi jauh menyentuh wilayah spikologis dan spiritual. Mengapa para pelajar dan ilmuan muslim lebih paham teori Darwin dari teori milim Rumi ? Karena teori Darwin gencar diajarkan sedangkan teori Rumi tidak pernah diperkenalkan. Ini menyangkut politik hegemoni pendidikan yang dilakukan oleh Barat di dunia Muslim.

Dalam bidang kedokteran, nama-nama tabib orang Arab dalam kamus biografi Abu Usiba memenuhi satu jilid sendiri. Abu Bakr Muhammad Ibn Zakaria al-Razi (Rhazes) yang hiduppada permulaan abad ke-10, Ali Ibn Abbas, Ibn Sina (Avicenna), Albucasia ( Abu al-Kasim Khalaf Ibn Abbas), Aven-Zour (Marwan Ibn Abd al-Malik Ibn Zuhr), Averoes (Abu al-Walid Muhammad Ibn Rusyd) dan Aben-Bethar (Abdullah Ibn Ahmad Ibn Ali al-Baithar) sebagai dokter hewan.

Al-Damiri (Aldemri) terkenal dalam dunia Islam karena sejarahnya tentang bintang, sebuah karya yang mendahului Buffon tujuh ratus tahun. Ahli ilmu bintang lainnya yang terkenal adalah al-Fazari, al-Khawarizmi, Abu Ja'far al-Kazim, Zarqali, Abu Ma'sar dan beberapa orang lainnya lagi dalam jumlah yang sangat besar,

Demikian gambaran dari penemu muslim yang tidak bisa lepas dari perbandingannya dengan para penemu dari Barat modern dan Yunani. Perbandingan para penemu muslim dengan Barat menunjukkan kenyataan bahwa para penemu muslim telah membuat jalan dan meratakannya untuk perjalanan para penemu Barat.

Dari contoh-contoh para penemu muslim dan hasil temuannya tersebut dapat dibuat beberapa catatan rahasia kesuksesan mereka dalam menggali pengetahuan dan membangun teori-teori yang dapat diambil pelajaran untuk diaplikasikan pada zaman sekarang dan zaman mendatang.

Umat Islam sekarang ini terutama kaum intelektual sebagai arsitek kemajuan peradaban, bisa belajar dari pengalaman tersebut. Melalui sikap-sikap itu, kaum muslimin berhasil mencapi negara yang adikuasa (superpower) berabad-abad lamanya, sehingga mampu mempengaruhi dan membangkitkan Barat modern sekarang sebagaimana yang kita saksikan bersama. 

Post a Comment

0 Comments