Tersenyumlah ! Obat Mujarab Yang Gratis
Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep' bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa bergembira dan hati bahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku. Dan Rasulullah saw sendiri sesekali tertawa sehingga tampak gerahamnya. Bagitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang penyakit jiwa serta pengobatannya".Tertawa merupakan puncak kegembiraan, titik tertinggi keceriaan, dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah : "Janganlah engkau banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati". Yakni. tertawalah sewajarnya saja sebagaimana juga dikatakan dalam pepatah yang berbunyi : "Senyummu di depan saudaramu merupakan sedekah."
Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip - prinsip keseimbangan. Maka dari itu, Islam tidak mengenal kemuraman yang menakutkan, dan tertawa lepas yang tidak beraturan. Akan tetapi sebaliknya, Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan langkah dan terarah. Abu Tamam mengatakan,
Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku
ia laksana pagi yang diharapkan dan bintang yang dinantikan.
Canda kadang menjadi serius,
namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang
Muram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau, pikiran yang kacau, dan kepala yang ancau balau.
Wajah mereka cemberut karena sombong,
seorlah mereka dilempar dengan paksa ke neraka.
Tidak seperti kaum, yang bila kau jumpai bak bintang
yang jadi petunjuk bagi pejalan malam ,,,
Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian : "Orang yang murah senyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain."
Apabila ketiga hal meliputi seseorang, maka ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia tidak akan mampu melihat hakekat atau kebenaran dikarenakan hatinya yang kotor.
Namun, apabila tidak demikian, maka ia akan melihat keindahan dunia yang bersih dan memukau. Perbuatan, pikiran dan dorongan hidupnya akan menjadi terarah dan semakin baik dari waktu ke waktu. Ada jiwa-jiwa yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara. Tapi, ada pula jiwa-jiwa yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber kebahagiaan.
Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus dipelajari dan ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha dengan keras dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan bunga-bunga, semerbak wewangian dan kecintaan dalam hidup. Apalah arti hidup ini, bila hanya habis untuk mengumpulkan harta benda dan tak dimanfaatkan sedikitpun untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta dan keindahan dalam hidup ?
Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram selain keputusasaan. Maka, jika kita menginginkan senyuman, tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah, kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk kita.Karena itu biasakan pikiran kita agar selalu menatap harapan dan kebaikan dimasa yang akan datang.
Setiap kali melihat kesulitan, jiwa yang murah senyum justru akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mengalahkannya. Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan, melihatnya lalu tersenyum, menyiasati lalu tersenyum dan berusaha mengalahkan kesulitan itu lalu tersenyum. Berbeda dengan jiwa yang selalu risau. Setiap kali menjumpai kesulitan, ia ingin segera meninggalkan dan melihatnya sebagai sesuatu yang amat besar dan memberatkan dirinya. Dan itulah yang acap kali menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya berkurang.
Kesulitan-kesulitan dalam hidup ini merupakan perkara yang nisbi. Yakni, segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan selalu mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
Adalah sangat berbeda antara "percaya diri" dan "terlalu percaya diri", percaya diri merupakan karunia Allah swt dan memiliki makna positif sedangkan terlalu percaya diri merupakan sifat yang negatif yang senantiasa membuat jiwa bergantung pada khayalan dan kesombongan semu. Sungguh kita sangat butuh dengan senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, ahlak yang menawan, jiwa yang lembut dan pembawaan yang tidak kasar.
0 Comments